
Gelar KKN dan PKMD 2025: Satukan Prodi, Satukan Hati, Berdayakan Desa Lewat OTOF
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Banyuwangi kembali menunjukkan komitmennya dalam membina masyarakat melalui pendidikan kesehatan dan pemberdayaan sosial ekonomi. Pada tahun 2025 ini, STIKes Banyuwangi menggelar kembali kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik dan Praktik Komunitas Masyarakat Desa (PKMD), dengan skala yang lebih luas dan pendekatan yang lebih kolaboratif lintas disiplin.
Dengan mengusung tema besar “OTOF (One Team One Family): Upaya Peningkatan Derajat Kesehatan dan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal”, kegiatan ini tidak hanya sekadar pengabdian masyarakat, namun menjadi wujud nyata peran mahasiswa dalam menjadi agen perubahan berbasis ilmu, empati, dan budaya lokal.
Desa Binaan di Kecamatan Glagah: Jejak KKN yang Berkelanjutan
Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, kembali terpilih sebagai lokasi utama pelaksanaan KKN Tematik 2025. Bukan tanpa alasan, desa ini telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam pelaksanaan KKN tahun-tahun sebelumnya dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Kegiatan difokuskan di lima dusun, yaitu Krajan, Gadog, Wonosari, Mondoluko, dan Kampung Anyar.

Para peserta KKN merupakan gabungan mahasiswa dari berbagai program studi, di antaranya S1 Kebidanan, S1 Gizi, D4 Teknologi Laboratorium Medik, D3 Keperawatan, dan D3 Farmasi. Mereka tergabung dalam tim-tim kecil yang setiap timnya akan membina satu keluarga di masing-masing dusun. Pendekatan ini memungkinkan mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu sesuai bidangnya secara langsung dalam konteks keluarga dan komunitas.
Tak hanya itu, kegiatan PKMD (Praktik Komunitas Masyarakat Desa) juga dilaksanakan secara paralel. Mahasiswa Profesi Ners menjalankan praktik komunitas di Desa Badean, Kecamatan Blimbingsari, sedangkan Profesi Bidan ditempatkan di Desa Rogojampi, Kecamatan Rogojampi. Dengan sebaran lokasi yang strategis ini, Stikes Banyuwangi berharap dapat menjangkau dan menyentuh lebih banyak kelompok masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan.
OTOF: Konsep Kolaboratif yang Mengakar
Ketua STIKes Banyuwangi, DR. H. Soekardjo, dalam sambutannya menjelaskan bahwa pendekatan One Team One Family (OTOF) bertujuan untuk memadukan potensi lintas program studi menjadi satu kekuatan kolektif. “Mahasiswa dari berbagai prodi disatukan dalam satu tim untuk mengkaji kesehatan satu keluarga. Mereka tidak hanya belajar berinteraksi lintas profesi, tapi juga memahami pentingnya pendekatan holistik dalam menyelesaikan masalah di masyarakat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, beliau mengharapkan agar kegiatan yang selama ini berada di lingkup desa binaan dapat meningkat menjadi kecamatan binaan di masa depan. Hal ini mencerminkan keinginan institusi untuk membangun sistem kesehatan komunitas yang berkelanjutan dan tidak terputus setelah KKN selesai.
Program Unggulan: Dari PHBS hingga Sekolah Sehat dan SPAB
Kegiatan KKN STIKes Banyuwangi 2025 menekankan pentingnya edukasi masyarakat melalui program-program unggulan, antara lain:
- Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
- Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
- Pencegahan Perkawinan Anak (PPA)
- Manajemen Sampah Rumah Tangga
Kegiatan ini menyasar tidak hanya rumah tangga tetapi juga sekolah-sekolah yang berada di sekitar dusun lokasi KKN. Mahasiswa memberikan edukasi langsung mengenai kantin sehat, gizi seimbang, pencegahan cyberbullying, serta Sekolah Aman Bencana (SPAB).
“Stikes Banyuwangi memiliki keunggulan karena memiliki Tim Promotor UKS dan Tim Promotor SPAB yang terlatih. Oleh karena itu, mahasiswa dibekali kemampuan untuk memberikan contoh nyata dan edukasi langsung kepada siswa dan guru di sekolah,” tambah Soekardjo.
Dukungan Dinas Sosial: Ketahanan Pangan dan Pencegahan Stunting
Dukungan terhadap kegiatan KKN juga datang dari Dinas Sosial Kabupaten Banyuwangi, melalui Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan KB. Beliau mendorong agar program pemberdayaan yang sudah dimulai sejak tahun sebelumnya dapat terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Salah satu program unggulan yang didorong keberlanjutannya adalah budidaya ikan konsumsi di keramba dengan memanfaatkan aliran sungai di desa.
“Ini program cerdas. Selain meningkatkan asupan protein masyarakat, kegiatan ini juga dapat menjadi sumber ekonomi alternatif bagi keluarga. Harapannya, mahasiswa bisa terus mendampingi dan memotivasi masyarakat agar kegiatan ini bisa berkelanjutan,” tuturnya.
Isu-isu penting lain seperti pencegahan stunting, penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) juga menjadi fokus dalam penyuluhan dan intervensi kesehatan keluarga yang dilakukan oleh mahasiswa KKN, khususnya dari Prodi Kebidanan, Gizi, dan Keperawatan.
Peran Dinas Kesehatan: Deteksi Dini dan Akses Jaminan Kesehatan
Sementara itu, Dinas Kesehatan Banyuwangi memberikan arahan agar mahasiswa KKN turut serta dalam mendukung program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di masyarakat. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya skrining penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes melitus, dan kolesterol tinggi yang kini semakin banyak diderita oleh masyarakat usia produktif.
Mahasiswa bekerja sama dengan Puskesmas terdekat, membantu menggelar pemeriksaan gratis dan menyampaikan edukasi pentingnya menjaga pola hidup sehat. Selain itu, mahasiswa juga ditugaskan untuk mengedukasi warga tentang manfaat memiliki BPJS Kesehatan, termasuk bagaimana prosedur pendaftaran dan penggunaan layanan BPJS secara efektif.
“Dengan akses BPJS, masyarakat bisa lebih tenang dalam menghadapi risiko kesehatan. Ini bukan hanya tentang pengobatan, tapi juga soal jaminan finansial keluarga,” kata Sudarto Setyo, Kabid SDK Dinkes Banyuwangi
Membangun Hubungan Emosional dan Kultural
Yang menarik dari pendekatan KKN STIKes Banyuwangi adalah tidak hanya fokus pada data dan intervensi, tetapi juga menghargai kearifan lokal. Mahasiswa diajak untuk memahami adat istiadat, bahasa, hingga nilai-nilai sosial masyarakat setempat.
Dalam pelaksanaannya, mahasiswa mengadakan fokus diskusi kelompok kecil (FGD) dengan warga, melibatkan tokoh masyarakat dan ibu-ibu PKK, serta melakukan pendekatan komunikasi berbasis budaya agar pesan-pesan kesehatan dapat diterima lebih baik. Warga pun menyambut baik kehadiran mahasiswa. Banyak di antaranya ikut dalam pelaksanaan program. Sinergi inilah yang menjadi kunci keberhasilan KKN STIKes Banyuwangi.
Menuju KKN yang Berdampak dan Berkelanjutan

Kegiatan KKN dan PKMD STIKes Banyuwangi 2025 bukan hanya sekadar pelaksanaan agenda akademik tahunan, tetapi merupakan bentuk tanggung jawab moral dan sosial kampus kepada masyarakat. Mahasiswa tidak hanya belajar untuk menjadi tenaga kesehatan yang kompeten, tetapi juga membentuk jiwa pemimpin, komunikator, fasilitator, dan pemberdaya masyarakat yang peka terhadap kondisi sosial sekitarnya.
Melalui kolaborasi lintas prodi, kerja sama dengan pemerintah daerah, serta pendekatan berbasis budaya dan partisipasi masyarakat, kegiatan KKN ini diharapkan tidak berhenti di bulan pelaksanaan saja, melainkan menjadi pondasi awal dari program jangka panjang menuju desa sehat dan mandiri.
Sebagaimana disampaikan oleh Ketua Stikes Banyuwangi, “Kami ingin membangun bukan hanya kampus yang unggul, tetapi juga masyarakat yang berdaya. Mahasiswa adalah jembatan menuju perubahan itu.”
*(Humas)