Mengolah Limbah Kulit Semangka Menjadi Sabun Sehat dan Bernilai Jual
Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu sentra lahan dan produksi semangka di Jawa Timur. Banyuwangi menempati peringkat pertama dengan rata-rata produksi sebesar 45.727 ton/tahun dan rata-rata share produksi sebesar 32,4552%. Dengan melimpahnya semangka di Banyuwangi maka limbah kulit semangka juga melimpah. Limbah ini seringkali terabaikan namun kaya akan kandungan yang dapat dimanfaatkan kembali untuk menciptakan produk bernilai ekonomis tinggi. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik, maka limbah kulit semangka dapat mengganggu kesehatan.
Padahal, menurut penelitian sebelumnya, pada kulit buah semangka terkandung beberapa golongan senyawa flavoniod, alkaloid, dan saponin yang mana senyawa ini mampu bersifat sebagai antibakteri. Banyaknya senyawa yang ada pada kulit semangka, harusnya menjadi sebuah peluang untuk dijadikan sebuah inovasi produk yang memiliki nilai jual.
Seperti yang tengah digagas oleh mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik Stikes Banyuwangi yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K), mereka berinovasi menjadikan limbah kulit semangka sebagai bahan pembuatan sabun kertas.
Produknya diberi nama Nano Soap dengan tiga varian aroma yakni, jeruk, mint dan strawberi. Olahan tersebut berteknologi nanopartikel tembaga yang dikenal memiliki sifat antimikroba kuat. Pengaplikasiannya pada sabun dapat membantu mengurangi resiko infeksi pernafasan, terutama pneumonia. Dalam proses pembuatan sabun ini, tentunya juga melalui serangkaian pengujian untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya. Hasilnya menunjukkan bahwa produk ini layak digunakan dalam upaya pencegahan penyakit.
Adanya inovasi ini, diharapkan tidak hanya berfokus pada hasil produknya saja melainkan juga tentang nilai edukasi yang bisa dijadikan inspirasi sekaligus referensi dalam mengolah sebuah limbah yang ternyata memiliki beragam manfaat bahkan nilai jual. Produk ini juga bertujuan untuk memberikan kontribusi signifikan terhadap kesehatan masyarakat. Dengan mengurangi angka kasus pneumonia, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Selain itu, peluang ini akan berdampak lebih baik jika model bisnis sosialnya dikembangkan dan berkelanjutan. Kedepan, tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat setempat. Produk yang dihasilkan dapat didistribusikan kepada mitra secara luas, bahkan melalui kerjasama yang terjalin. Dengan menciptakan nilai ekonomi dari limbah, program ini juga membantu membangun kemandirian ekonomi di tingkat lokal, serta memberikan contoh bagaimana pendekatan berbasis inovasi dapat meningkatkan kesejahteraan komunitas. Program ini bukan hanya tentang menciptakan produk, tetapi juga memberikan inspirasi bagi generasi mendatang tentang potensi besar dari kreativitas dan dedikasi dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungan yang kompleks. *(Humas)
Ketua : Rona Suci PL
Anggota : Muti Dwi, Nawal Putri, Melinda Mailidia, Adhinda Fisabilla
Dosen Pendamping : Ani Qomariyah, M.Sc