Notice: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u6815507/public_html/wp-content/themes/atomlab/framework/class-aqua-resizer.php on line 129

Kulit Jeruk Sebagai Salah Satu Solusi Atasi Limbah Industri
Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat. Salah satunya adalah industri batik. Salah satu daerah penghasil batik yaitu Kabupaten Banyuwangi. Dalam industri batik, pewarnaan adalah proses yang sangat penting untuk memproduksi karya batik yang maksimal. Beberapa industry, menggunakan pewarna tekstil dalam proses pewarnaan, dimana hal tersebut akan menghasilkan sebuah limbah.
Proses pengolahan limbah hasil industri batik ini beragam, ada yang diolah dengan baik hingga tidak mencemari lingkungan, ada pula yang ditemukan langsung dibuang ke sungai.
Dampaknya, tidak hanya pencemaran lingkungan melainkan juga memberikan dampak yang tidak baik untuk kesehatan, karena dari limbah pewarnaan tekstil ini sebagian besar mengandung logam berat yang bisa masuk kedalam tubuh melalui udara yang terhirup dan terserap oleh kulit. Logam berat yang paling sering terkandung dalam limbah industri batik adalah timbal (Pb) dan krom (Cr) yang bersifat racun.
Baca Juga: Pemanfaatan MOCAF (Modified Cassava Flour)sebagai Alternatif Pengganti Tepung Terigu
Selain panghasil batik, Kabupaten Banyuwangi juga menjadi penghasil jeruk di Jawa Timur, terutama jenis jeruk siam (Citrus nobilis) yang rata-rata hasil panen jeruk di Banyuwangi mencapai 65.145, 16 ton dan rata-rata produksi jeruk di Banyuwangi yaitu 172,93 kwintal per hektar. Melihat tingginya produksi jeruk di Kabupaten Banyuwangi maka limbah kulit jeruk yang dihasilkan juga tinggi.
Dengan adanya limbah kulit jeruk yang melimpah dan limbah dari industri batik yang mencemari lingkungan, maka kulit jeruk dapat berpotensi sebagai salah satu solusi atasi limbah industri, yaitu dengan mengubah kulit jeruk menjadi bioadsorben. Bioadsorben atau adsorben alami merupakan adsorben (penyerap) yang sering digunakan untuk mengurangi kadar timbal dalam limbah cair seperti limbah hasil industri batik
Jeruk Siam merupakan anggota jeruk keprok dengan nama ilmiah Citrus nobilis. Dinamakan jeruk siam karena berasal dari Siam (Thailand). Di negara asalnya, jeruk ini dikenal dengan nama “som kin wan”. Jeruk Siam merupakan buah yang sangat digemari oleh masyarakat selain karena enak dimakan, jeruk siam mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain kandungan tersebut, jeruk siam memiliki kandungan pektin pada kulit jerukya. kandungan pektin pada kulit jeruk berkisar antara 35-40%.
Baca Juga: Inovasi Pengolahan Kotoran Sapi – Tim PKMM
Pektin merupakan senyawa yang terdapat pada dinding sel tumbuhan dan banyak terdapat gugus aktif yang bisa mengikat unsur lain, sehingga pektin dapat digunakan sebagai penyerap logam berat. Selama ini pektin banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, farmasi dan kosmetik.
Namun bila mengingat bahwa struktur kompenen pektin juga banyak mengandung gugus aktif, maka pektin juga dapat digunakan sebagai salah satu sumber biosorben. Berdasarkan penelitian Wong tahun 2008, sudah terbukti bahwa kandungan pektin yang terdapat dalam kulit jeruk siam (Citrus nobilis) dapat digunakan untuk mengurangi pencemaran lingkungan karena pektin dapat menyerap logam berat pada air yang tercemar limbah industri batik.
Seperti yang telah dilakukan tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi yang berbasis riset.
Tim yang berasal dari program studi D4 Teknologi Laboratorium Medik tengah meneliti pektin pada kulit jeruk yang dimodifikasi untuk menjadi penyerap logam berat terbaik. Mereka memproses kulit jeruk untuk dijadikan pektin, dan riset yang telah dilakukan membuktikan bahwa senyawa pektin dapat menyerap logam berat sampai 95%.
Baca Juga: Jeli Minyak Ikan Lemuru, Cara Mudah Penuhi Gizi Anak
Adanya hasil penelitian diharapkan dapat mengurangi limbah kulit jeruk yang ada disekitar lingkungan dan dapat diubah sebagai bioadsorben pada logam berat, yang paling sering terkandung dalam limbah industri batik adalah timbal (Pb) dan krom (Cr) yang bersifat racun.
Selain itu, riset ini juga dapat digunakan sebagai referensi berbagai penelitian. Sehingga kedepannya, semoga banyak produk yang bisa diciptakan atau dihasilkan dari hasil penelitian ini.
*Oleh : Tim PKM RE Stikes Banyuwangi Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medik