“dr. H. Taufiq Hidayat, SpAnd, M.Kes: Stikes Banyuwangi Harus Segera Siapkan Tenaga Gizi”
Sosoknya yang ramah, cerdas dan berwibawa menjadi sosok keseharian dari dr. H. Taufiq Hidayat, SpAnd, M.Kes, 52 tahun, direktur RSUD Blambangan Kabupaten Banyuwangi. Di dalam kesehariannya, laki – laki asli Banyuwangi tersebut sangat ramah dalam menyambut Majalah SMART yang bertandang di RSUD Blambangan Kabupaten Banyuwangi, beberapa waktu yang lalu. Bagaimana Stikes di mata dokter spesialis andrologi ini? Dan bagaimana perannya sebagai dosen di Stikes Banyuwangi? Berikut petikan wawancara dr Taufiq bersama Stikes Banyuwangi.
Bagaimana Pendapat Dokter tentang Stikes Banyuwangi, dan apa yang Menjadi Pertimbangan Dokter untuk Menerima Mahasiswa Stikes Praktek di RSUD Blambangan?
Saya lihat mahasiswa Stikes dibandingkan dengan mahasiswa dari sekolah lain tidak kalah soft skill atau kemampuannya. Karena RSUD menjadi tempat pembelajaran, otomatis kita juga memperbaiki sistem pembelajaran dan kualitas para CI (Clinical Instructor), karena saya ingin menerapkan pendidikan yang profesional. Begitu juga dengan kemampuan para mahasiswa yang praktek disini, kalau belum lulus ya tidak kami luluskan. Dan ketidaklulusan itu juga tidak ada hubungannya dengan masalah pribadi para CI. Selain itu kalau ada mahasiswa yang punya hutang jaga piket ya kita minta untuk melunasi. Mahasiswa selama praktek harus ikut bertanggungjawab. Sebelumnya kita masih memiliki 13 CI, namun terhitung sejak 12 Juni, total ada 48 CI yang kita rekrut bekerjasama dengan Poltekes Malang. Kita berharap mahasiswa yang praktek disini semuanya terlatih dan menjadi profesional.
Kita Ketahui bahwa Dokter juga Salah Seorang Dosen di Stikes Banyuwangi. Apa Kesulitan – Kesulitan yang Dihadapi Ketika Mengajar Mahasiswa Stikes?
Kebetulan saya mengajar mata kuliah Biologi Reproduksi pada prodi keperawatan dan kebidanan. Dulu saya pernah mengajar mata kuliah Kesehatan Reproduksi, waktu itu lokasinya Stikes masih berada di sebelah Dinas Kesehatan. Untuk kesulitannya tidak ada karena sejak mahasiswa semester tiga saya sudah mulai mengajar sebagai guru privat SMA bersama kawan – kawan dari Institut Teknologi Surabaya (ITS). Waktu itu saya ngajar mata pelajaran Kimia. Target saya dapat uang lebih sehingga bisa meringankan beban orangtua saya. Maklum karena pada waktu itu saya masih menjadi anak kost, sehingga tiap bulan harus menunggu kiriman uang dari orangtua. Lama – lama saya merasa sungkan kepada orangtua, tiap ditanya uangnya cukup apa tidak, saya selalu bilang cukup karena saya memang sudah ada penghasilan sendiri dari mengajar tersebut.
Setelah lulus fakultas kedokteran di Unair, saya akhirnya memutuskan untuk mengajar di Muara Teweh, Kalimantan hampir empat tahun. Waktu itu saya mengajar di Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dan sempat mendapat penghargaan sebagai dokter teladan tahun 1992. Dan karena saya sudah terbiasa mengajar, saya harus menyesuaikan dengan karakter mahasiswa atau siswa. Kalau ada mahasiswa yang bandel, ngajarnya harus begini, kalau ada yang tidak mengerjakan tugas harus begini. Begitu pula kalau ada yang mencontek waktu ujian jelas saya tahu, hehehe. (ucapnya sambil tertawa).
Dengan Aktivitas yang Begitu Padat, Bagaimana Cara Dokter dalam Membagi Waktu Bersama Keluarga? Dan apa yang Selalu Dokter Ajarkan kepada Putra – Putra Tercinta?
Saya pernah diprotes sama keluarga karena selalu berangkat kerja jam enam pagi dan pulang jam 10 malam, sehingga tidak ada waktu berkumpul bersama mereka. Dulu hampir tiap hari saya bekerja dengan ritme yang seperti itu. Karena keluarga mengeluh, akhirnya saya mulai mengurangi kegiatan yang selama ini selalu menyita waktu saya. Termasuk mengurangi jadwal mengajar sebagai dosen. Begitu juga dengan kegiatan di organisasi sebagai Ketua Tim Seleksi KPU 2014 dan Ketua KAHMI Kabupaten Banyuwangi.
Akhirnya dari situ saya mulai meluangkan waktu sedikit untuk keluarga saya. Sekarang setiap malam Jumat sehabis kerja, saya libur praktek. Begitu juga dengan Minggu, waktu dimana saya sedang libur kerja seharian. Jadi kalau sudah malam Jumat dan Minggu saya selalu usahakan pergi jalan – jalan atau makan – makan bersama keluarga. Menyenangkan sekali rasanya. Sementara itu untuk cita – cita dan masa depan anak, saya tidak pernah memaksa kelak mau menjadi apa. Saya tidak pernah melarang untuk memilih. Tidak harus menjadi dokter seperti orangtuanya. Namun ketika anak sudah memilih cita – citanya, dia harus fokus, bertanggungjawab dan mandiri terhadap hasil pilihannya tersebut.
Terakhir, apa Pesan yang Bisa Disampaikan untuk Stikes Banyuwangi, dok?
Saya berharap Stikes Banyuwangi tidak hanya memproduksi bidan dan perawat saja. Kalau bisa memproduksi yang lain, seperti apoteker dari prodi farmasi. Kemudian ahli gizi, terus kalau bisa juga mampu memproduksi dokter dengan membuka fakultas kedokteran. Apalagi sekarang ini mencari tenaga apoteker di Banyuwangi masih sangat sulit. Untuk rumah sakit saja, kita selalu mencari tenaga apoteker dari luar. Saya yakin kalau Stikes Banyuwangi bisa menangkap peluang itu, kedepannya Stikes Banyuwangi semakin maju.
Dan untuk mahasiswa yang sedang praktek selalu biasakan untuk tersenyum terhadap semua pasien yang dilayani. Seperti Kredo (janji layanan_red) RSUD Blambangan. Karena kita selalu memberlakukan Kredo kepada semua petugas medis dan paramedis yaitu sebelum berinteraksi dengan pasien, petugas harus memberi salam diiringi dengan senyum yang ramah yang biasa kita singkat RSS. Dan kerjanya harus didasari dengan Kasih Sayang, Ikhlas, Santun, Sabar yang biasa kita singkat KISS. (Ucapnya sambil tersenyum).
Curiculum Vitae
Nama Lengkap : dr. H. Taufiq Hidayat, SpAnd, M.Kes
Tempat Tanggal Lahir : Banyuwangi, 1 Januari 1962
Nama Istri : dr. Andriyani H, MMRS(Kabid Pelayanan Medis RSUD Genteng Kabupaten Banyuwangi)
Nama Anak :
1. Rainaldo Lazuardi, mahasiswa semester IV jurusan elektro ITS
2. Mifta Regita Safira, kelas I SMAN 1 Genteng
3. RG. Kaisar Aulia, kelas 3 SMPN 1 Genteng
4. Avicenna Hilmi CA, kelas 2 SDN 1 Genteng
Riwayat Pendidikan :
– SDN Tegallodji I
– SMPN 1 Banyuwangi
– SMAN 4 Surabaya
– Fakultas Kedokteran Unair Surabaya
– Pasca Sarjana Spesialis Andrologi Fakultas Kedokteran Unair
– Pendidikan Intensive Sexologi Fakultas Kedokteran Udayana
Pengalaman Kerja :
– Kepala Puskesmas Tumpung Laung Kalimantan Tengah (1988 – 1990)
– Kepala Puskesmas Muara Teweh Kalimantan Tengah (1990 – 1992)
– Kepala UGD RSUD Genteng Kabupaten Banyuwangi (1993 – 2011)
– Direktur RSNU Banyuwangi (2006 – 2011)
– Direktur RSUD Blambangan Kabupaten Banyuwangi (2012 – sekarang)
Prestasi :
– Dokter Teladan I, Tingkat Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah (1992)
– Dokter Teladan II, Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah (1992)