Blog

STUNTING DAN 1000 HPK
Serba Serbi

STUNTING DAN 1000 HPK

Oleh: Leny Eka Tyas Wahyuni*

Leny Eka Tyas Wahyuni, S.Gz., M.Si, Ketua Prodi S1 Gizi

Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting bagi balita karena anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok rentan terhadap kesehatan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri serta dikategorikan berdasarkan standar baku WHO (World Health Organization) yaitu indeks BB/U (Berat Badan/Umur), TB/U (Tinggi Badan/Umur), dan BB/TB (Berat Badan/Tinggi Badan).

Tinggi badan menurut umur (TB/U) adalah salah satu indikator status gizi yang menyatakan seorang anak memiliki tinggi badan yang ideal atau tidak melalui pengukuran antropometri. Pada usia balita, proses pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi sangat pesat. Karena pertumbuhan cepat (growth spurt) pada bayi dimulai sejak usia 3 bulan hingga 2 tahun.

Pemberian makanan pada bayi dan anak sangat menentukan petumbuhan. Setelah usia 6 bulan anak perlu mendapat asupan gizi yang aman dan memenuhi kebutuhan asupan gizi mikro dan makro.

Pertumbuhan pada 2 tahun pertama dicirikan dengan pertambahan gradual baik pada percepatan pertumbuhan linier maupun pertambahan berat badan. Gangguan pertumbuhan linier (stunting) dapat terjadi sejak janin masih dalam kandungan dan akan tampak ketika anak sudah berusia 2 tahun.

Masalah ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian, dan hambatan pada pertumbuhan motorik dan mental. Kelompok balita yang lahir dengan berat badan normal juga dapat mengalami stunting jika pemenuhan gizi setelah masa 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) tidak terpenuhi secara optimal.

Menurut World Health Organization, Stunting merupakan kekurangan gizi kronis akibat kekurangan asupan zat gizi dalam waktu yang lama dan biasanya diikuti dengan frekuensi sering sakit.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak karena asupan gizi yang kurang secara kronis sehingga menyebabkan anak terlalu pendek untuk usianya. Stunting secara sensitif disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya pengasuhan, penggunaan air yang tidak bersih, lingkungan yang tidak sehat, serta terbatasnya akses terhadap pangan dan kemiskinan.

Stunting secara spesifik dapat berawal dari ibu mengandung. Kondisi gizi seorang ibu saat sebelum hamil bahkan setelahnya akan menentukan pertumbuhan janin. Ibu hamil yang kekurangan gizi akan berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), hal ini merupakan penyebab utama stunting. Setelah lahir, bayi yang tidak disusui secara baik akan berisiko menderita berbagai infeksi penyakit karena pola makan yang tidak baik.

Penanggulangan Balita Stunting pada 1000 HPK

Intervensi yang dapat digunakan untuk menanggulangi balita stunting adalah intervensi prenatal dan pascanatal sebagai intervensi spesifik dan sensitif. Seiring dengan hal tersebut intervensi prenatal dan pascanatal melalui gerakan perbaikan gizi dengan fokus pada 1000 HPK pada tatanan global yaitu melalui strategi SUN (Scalling Up Nutrition) dan di Indonesia disebut dengan Gerakan Nasional Perbaikan Sadar Gizi.

Periode 1000 HPK merupakan masa paling kritis untuk mempersiapkan perkembangan fisik dan kognitif anak, yaitu bermula sejak masa konsepsi hingga anak berusia 2 tahun.

Pemenuhan gizi yang baik selama 1000 HPK akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Malnutrisi pada periode 1000 HPK bersifat permanen dan akan berdampak dalam jangka waktu yang panjang (trans-generasi).

Artikel menarik lainnya: Strategi Pengendalian Stunting di Era Pandemi

Hasil penelitian menyebutkan bahwa pemeriksaan IQ pada anak usia 22 bulan dapat menjadi indikator kemampuan akademik di usia dewasa. Asupan gizi yang cukup pada ibu hamil akan menyebabkan lahirnya bayi dengan berat dan tinggi badan yang normal, hal ini akan berlanjut sampai bayi berusia 6 bulan dengan pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI), serta melanjutkan ASI sampai usia 2 tahun.

Pada saat dewasa, stunting akan memengaruhi produktivitas kerja, komplikasi persalinan, dan meningkatkan risiko kegemukan dan obesitas yang akan memicu penyakit sindrom metabolik seperti jantung koroner, stroke, hipertensi, stroke, dan diabetes mellitus tipe 2 . Oleh karena itu, investasi pada masa 1000 HPK merupakan cost effective untuk investasi SDM jangka panjang suatu bangsa.

*) Ketua Prodi S1 Gizi Stikes Banyuwangi

Artikel ini juga telah dimuat di Koran Jawa Pos, Radar Banyuwangi, Rubrik Opini edisi 3 April 2021

Stunting dan 1000 Hari Pertama Kehidupan Dimuat Di Koran Jawa Pos, Radar Banyuwangi

Counter