Blog

Optimalisasi Peran Catin dalam Pencegahan Stunting
Info Kesehatan

Optimalisasi Peran Catin dalam Pencegahan Stunting

Oleh : Elita Endah M*

Masalah gizi kurang masih menjadi perhatian utama di berbagai Negara, termasuk di Indonesia. Masalah gizi kurang ini terutama terjadi pada kelompok balita. Salah satu masalah tersebut adalah Stunting.

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Stunting muncul  sebagai  risiko  malnutrisi jangka  panjang  diawali  dari  masa  prakonsepsi hingga  1000 HPK

Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.

Stunting bisa Dicegah

Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat sering beranggapan bahwa itu adalah takdir dan kebanyakan hanya menerima tanpa ada usaha untuk mencegahnya.

Padahal sebenarnya, bahwa genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dari sini bisa dikatakan bahwa, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

Baca Juga: Potensi Banyuwangi Dalam Pencegahan Stunting

Menurut mantan Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu:

  1. Perbaikan terhadap pola makan,
  2. Pola asuh, serta
  3. Perbaikan sanitasi dan akses air bersih.

Pola makan, masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam. Sehingga perlu mengenalkan dan membiasakan  dalam kehidupan sehari-hari pada istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang. Istilah ini digambarkan bahwa dalam satu porsi makan, berisi setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat. Karena pada masa pertumbuhan anak-anak, dianjurkan harus memperbanyak sumber protein, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur.

Pola asuh, terkait dengan pola asuh, bahwa stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan edukasi kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin.

Sanitasi dan Akses Air Bersih,  termasuk dalam hal ini adalah akses sanitasi dan air bersih yang rendah, bisa mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi, salah satunya adalah diare. Diare dapat menyebabkan anak tidak mempunyai nafsu makan sehingga terjadi kekurangan jumlah makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya yang dapat menyebabkan gizi kurang. Jadi dari sini terlihat terdapat interaksi antara infeksi dan konsumsi makanan yang kurang merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Untuk itu, perlu upaya untuk meningkatkan akses sanitasi dan air bersih dengan cara membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.

Peran Catin

Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan anaknya.

CATIN atau calon  pengantin  merupakan  salah  satu  sasaran  yang  turut  mendapat  perhatian  dalam pengentasan  masalah stunting,  dimana  para  pasangan  catin  merupakan  pasangan  usia  subur yang  akan  mendapatkan  keturunan  sehingga  diharapkan  keturunan  yang  diperoleh  sehat jasmani,  memiliki  kecerdasan  yang  tinggi  dan tidak stunting (pendek). Tidak hanya persiapan menjadi calon ibu saja, namun juga persiapan menjadi calon ayah yang juga berperan dalam 1000 HPK untuk mencegah stunting.

Baca Juga: Strategi Pengendalian Stunting di Era Pandemi

Dalam    rangka    pencegahan stunting khususnya  intervensi  sensitif  gizi  sangat  perlu mengubah   perilaku   catin.   Perubahan perilaku diawali dengan peningkatan pengetahuan  catin tentang  makanan  sehat  dan bergizi  pada  seluruh  daur  kehidupan,  dimulai dari  sebelum  kehamilan. Status  gizi masa pranikah  atau masa  prakonsepsi sering  terlupakan.

Alternatif untuk memperhatikan gizi prakonsepsi merupakan  suatu strategi untuk mempersiapkan status gizi calon ibu sehingga tercapainya keluarga yang sehat dan keturunan yang berkualitas. Tidak hanya itu, juga perlu adanya perencanaan dan penanganan yang  tepat    untuk mempersiapkan keturunan yang  berkualitas.

Hal ini diperkuat dengan adanya beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa status  gizi  anak  dapat  disebabkan  oleh  karakteristik  orang  tua seperti ukuran antropometri ibu dan ayah, seperti tinggi badan orang tua memungkinkan anak memiliki  risiko  gagal  pertumbuhan  serta  mengalami underweight. Serta kondisi  KEK  pada  wanita    sebelum  hamil  juga  dapat  mempengaruhi resiko  terjadinya  stunting. Selain  itu  komposisi tubuh    ibu    dan    pola    makan    mempengaruhi keturunan  pertama  dan  kedua.

Upaya Catin

Salah satu upaya pencegahan stunting adalah mengatur pola makan yang baik, khususnya dalam mempersiapkan kehamilan, gunanya agar menghasilkan keturunan yang berkualitas. Karena merekalah yang akan melahirkan sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Catin juga perlu belajar tentang gizi  yang  baik  dalam mengkonsumsi makanan selama masa kehamilan, menyusui dan masa   selanjutnya.

Makanan menjadi salah satu faktor penting yang dapat berkontribusi terhadap kondisi kesuburan seseorang. Contoh asupan nutrisinya yaitu ikan, produk olahan susu, protein hewani dan nabati, buah-buahan, hingga makanan yang kaya akan kandungan zinc.

Baca Juga: AWAS! Bayi Juga Bisa Sakit Jantung

Untuk mencegah stunting, catin wajib memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik, memahami informasi yang benar tentang kapan akan memiliki anak. Termasuk jumlah anak dan jarak kelahirannya serta pola asuh yang tepat. Menentukan kapan akan punya anak, jumlah anak dan jarak kelahirannya adalah hak dan tanggung jawab dari setiap catin.

Peran catin wanita juga menjadi faktor, saat hamil esok, perlu disiapkan sikap untuk rutin cek kesehatan sekaligus memeriksa status gizi sebelum dan saat hamil, serta memahami soal pola asuh yang tepat supaya bisa melahirkan generasi bebas stunting.

Sedangkan upaya pencegahan stunting bagi catin pria adalah dengan meningkatkan pengetahuan yang memadai sehingga akan mempengaruhi  sikap positif   terhadap   IMD,   durasi   menyusui,   dan menyusui secara eksklusif. Mereka akan memberikan   pertimbangan,   dukungan   sosial, pengasuhan anak dalam keluarga. Melalui persiapan sejak awal catin membantu mewujudkan generasi anak sehat bebas stunting, ingat entaskan stunting itu PENTING!!!!

*) Dosen S1 Gizi Stikes Banyuwangi

Counter